AKTIFITAS KBM

Senin, 23 Mei 2011

Teknik Pembuatan Herbarium dan Awetan Basah

pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya. awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.
awetan yang telah dibuat kemudian dimasukkan dalam daftar inventaris koleksi. pencatatan dilakukan kedalam field book/collector book. sedangkan pada herbarium keterangan tentang tumbuhan dicantumkan dalam etiket. dalam herbarium ada dua macam etiket, yaitu etiket gantung yang berisi tentang; nomer koleksi, inisial nama kolektor, tanggal pengambilan spesimen dan daeran tingkat II tempat pengambilan (untuk bagian depan) dan nama ilmian spesimen (untuk bagian belakang).
pada etiket tempel yang harus dicantumkan antara lain; kop( kepala surat) sebagipengenal indentitas kolektor/lembaga yang menaungi, (No)nomer koleksi,(dd)tanggal ambil, familia, genus, spesies, Nom. Indig(nama lokal), (dd) tanggal menempel, (determinasi)nama orang yang mengidentifikasi spesimen itu, (insula) pulau tempat mengambil, (m. alt) ketinggian tempat pengambilan dari permukaan air laut, (loc) kabupaten tempat pengambilan, dan (annotatione) deskripsi spesimen tersebut.

Alat dan Bahan

a. Herbarium
1. karton/duplek
2. kertas koran
3. sasak dari bambu/tripleks
4. sampel tanaman
5. alat tulis
b. Awetan basah
1. botol jam
2. sampel spesimen
3. formalin
4. akuades
5. gelas ukur
6. kertas label

Cara Kerja
a. Membuat Herbarium

1. ambil salah satu tanaman/ bagian dari tanaman
2. Cara 1 : masukkan tanaman itu pada sasak bambu yang telah dibuat dan keringkan tanaman dengan penjemuran terhadap cahaya matahari.
Cara2 : atur posisi tanaman pada lembaran koran hingga rata.lapisi lagi dengan beberapa lembar koran, tangkup dengan tripleks pada kedua sisinya lalu ikat dengan kencangsehingga tanaman ter-press dengan kuat. ganti koran dengan yang kering setiap kali koran pembungkus tanaman basah. lakukan berulang-ulang hingga tanaman benar-benar kering.
3. tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa dingin.
4. tanaman yang akan dibuat herbarium, sebaiknya memiliki bagian-bagian yang lengkap. jika bunga nya mudah gugur maka masukkan bunga tersebut dalam amplop dan selipkan pada herbarium . daun atua bagian tanaman yang terlalu panjang bisa dilipat.
5. tempelkan tanamanyang telah dikeringkan pada karton dengan menggunakan jahitan tali/ selotip. usahan kenampakan atas dan kenampakan bawah daun diperlihatkan.
6. lengkapi keterangan yang terdapat pada collector book
7. pasang etikenya.

b. Membuat Awetan Basah
1. siapkan spesimen yang akan diawetkan
2. sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
3. masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan.
4, tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan familinya.


penbioclub.blogspot.com/2007/12/teknik-pembuatan-herbarium-dan-awetan.html

Read More......

Sabtu, 14 Mei 2011

Plathyhelminthes

Orang sering menyebut phylum cacing ini sebagai cacing pipih.
1. Ciri-ciri Plathyhelminthes
a. Tubuh pipih dan tidak berbuku-buku.
b. Sistem pencernaan dengan gastrovaskuler.
c. Sistem pencernaan tidak sempurna (tidak memiliki anus).
d. Sistem transportasi secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh.
e. Sistem saraf dengan ganglion.
f. Sistem ekskresi menggunakan sel api.
g. Tidak memiliki sistem peredaran darah.
h. Berespirasi secara difusi melalui seluruh permukaan tubuhnya.
2. Struktur Tubuh Plathyhelminthes
Tubuh cacing ini terdiri atas 3 lapisan jaringan, yaitu ektoderm (lapisan
luar), mesoderm (lapisan tengah), dan endoderm (lapisan dalam) serta tidak
memiliki rongga tubuh atau bersifat triploblastik aselomata.
3. Klasifikasi Plathyhelminthes
Plathyhelminthes dikelompokkan menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Turbellaria atau cacing berbulu getar.
b. Trematoda atau cacing isap.
c. Cestoda atau cacing pita.
a. Turbellaria (cacing berbulu getar)
Turbellaria atau cacing berbulu getar merupakan cacing yang hidup
bebas. Contohnya adalah Planaria.
Planaria adalah cacing yang hidup secara bebas di perairan. Cacing
ini bisa dijadikan sebagai bioindikator terhadap kadar pencemaran di suatu
perairan. Cacing ini suka hidup di perairan yang bersih atau belum
tercemar.
Planaria memiliki sistem pencernaan yang masih sederhana. Makanan
akan ditangkap melalui tonjolan faring yang berada pada bagian tengah
ventral tubuhnya. Makanan yang sudah ditangkap lalu dimasukkan
dalam usus yang bercabang-cabang untuk dicerna. Hasil pencernaan
makanan akan berdifusi ke seluruh jaringan tubuh, sementara itu sisa
pencernaan akan dikeluarkan lewat mulut. Planaria merupakan cacing
yang bersifat karnivora.

Cacing ini memiliki alat pengeluaran atau ekskresi berupa sel api atau
flame cell. Planaria bereproduksi secara seksual dengan peleburan sperma
dan ovum. Planaria bersifat hermafrodit, namun demikian tidak pernah
ada pembuahan sendiri karena matangnya sperma dan ovum tidak dalam
waktu yang bersamaan. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi atau
memotong diri. Setiap potongan tubuhnya mampu menjadi individu baru.
Pada bagian kepala, di antara stigma (bintik mata) terdapat ganglion
yang merupakan pusat saraf. Ganglion mengalami pemanjangan oleh saraf
tepi yang menuju ke arah posterior. Antara kedua saraf tepi tersebut, akan
dihubungkan oleh cabang saraf melintang, sehingga susunan sarafnya
seperti tangga, oleh karena itu sistem saraf pada Planaria disebut sistem
saraf tangga tali.
b. Trematoda (cacing isap)
Anggota cacing ini semuanya bersifat parasit, baik pada hewan ternak
ataupun pada manusia. Tubuh cacing ini dibungkus oleh kutikula untuk
mempertahankan diri.
Contoh Trematoda antara lain:
1) Fasciola hepatica (cacing hati pada ternak)
Cacing ini memiliki panjang 2-6 cm. Habitatnya adalah di hati ternak.
Sama dengan Plathyhelminthes yang lain, cacing ini memiliki sel api atau
flame cell sebagai alat ekskresi, sistem saraf tangga tali serta memiliki alat
pengisap atau sucker yang terdapat pada bagian mulut serta pada bagian
ventral atau perut. Cacing ini bereproduksi secara generatif. Satu individu
bisa menghasilkan 2000-4000 telur. Telur yang sudah dibuahi akan
melewati saluran empedu kemudian ke usus dan akan keluar bersama
feses. Cacing ini memiliki hospes sementara siput air dan hospes tetapnya
adalah ternak.
Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang berada dalam feses
keluar ke lingkungan. Telur itu akan menetas menjadi larva bersilia
mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput (sebagai inang antara), lalu
berkembang menjadi sporosista, kemudian menjadi redia, lalu sekaria.
Serkaria keluar dari tubuh siput, lalu menempel pada tanaman, kemudian
berkembang menjadi metaserkaria. Ketika tanaman dimakan ternak,
metaserkaria akan menetas di usus dan dewasa dalam organ hati.

2) Clonorchis sinensis
Clonorchis sinensis merupakan cacing hati yang parasit pada hati
manusia. Cacing ini hospes antaranya adalah ikan air tawar. Daur hidup
cacing ini dimulai dari telur yang keluar bersama feses, kemudian menetas
menjadi sporosista yang akan berkembang menjadi redia. Redia akan
berubah menjadi serkaria yang akan hidup di dalam tubuh ikan air tawar.
Ketika ikan air tawar yang terinfeksi larva cacing ini tidak dimasak secara
sempurna dan dimakan manusia, maka akan masuk menuju saluran
pencernaan dan menuju saluran empedu dan dewasa dalam organ hati.
Cacing ini dapat merusak sel-sel hati dan dapat menyebabkan kematian.
c. Cestoda (cacing pita )
Semua cacing pita tidak memiliki alat pencernaan, karena sari-sari
makanan dapat langsung diserap melalui seluruh permukaan tubuhnya.
Tubuhnya beruas-ruas atau biasa disebut sebagai proglotid,di mana setiap
proglotid mengandung alat reproduksi, ekskresi, dan mampu menyerap
sari makanan dari inangnya. Karena itulah tiap proglotid dapat dianggap
sebagai koloni individu. Contoh dari cacing ini adalah Taenia saginata dan
Taenia solium.
Cacing Taenia solium merupakan cacing parasit yang dewasa pada
manusia dengan hospes antara adalah babi. Berbeda dengan cacing Taenia
saginata, cacing ini pada kepala (skoleks) terdapat alat pengisap dan kait
dari kitin atau disebut sebagai rostelum.
Taenia saginata secara sepintas mirip dengan Taenia solium, hanya saja
perbedaannya ada pada ukuran tubuhnya yang lebih panjang, pada
kepalanya tidak memiliki rostelum dan hospes antaranya adalah sapi.
Daur hidup cacing Taenia sp
Proglotid dewasa yang telah menghasilkan telur keluar bersama feses,
kemudian telur tersebut akan menetas menjadi onkosfer. Bila larva tersebut
tertelan (sapi atau babi) maka larva tersebut akan berada dalam usus dan
berkembang menjadi heksakan. Larva tersebut kemudian akan menembus
dinding usus dan ikut bersama aliran darah dan masuk ke dalam otot
atau daging. Di dalam otot atau daging (sapi atau babi) tersebut, larva
akan berkembang lagi menjadi bentuk gelembung atau sistiserkus. Ketika
seseorang mengonsumsi daging babi atau sapi yang di dalamnya ada larva
tersebut, larva tadi akan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan dan
akan menetas menjadi cacing dewasa dalam usus manusia.

Read More......

Kamis, 05 Mei 2011

Coelenterata

Coelenterata termasuk dalam phylum yang masih primitif. Hewan
ini disebut juga sebagai hewan berongga. Coelon artinya rongga dan entero
artinya usus. Jadi, hewan ini menggunakan rongga tubuh yang dimilikinya
sebagai tempat pencernaan makanan.
1. Ciri-ciri Coelenterata
a. Tubuh simetri radial.
b. Diploblastik (tubuh terdiri atas dua lapisan jaringan).
c. Memiliki rongga tubuh yang digunakan sebagai usus.
d. Habitat di perairan, baik perairan tawar maupun laut. e. Pencernaan makanan dengan sistem gastrovaskuler.
f. Memiliki lengan (tentakel) yang dilengkapi dengan sel beracun atau
cnidoblast.
g. Memiliki 2 tipe tubuh, yaitu:
1) Tipe polip, yaitu tipe tubuh yang hidupnya tak bebas atau
menempel pada substrat tertentu.
2) Tipe medusa (seperti payung ), yaitu tipe yang dapat hidup bebas
karena memiliki kemampuan untuk berenang.
2. Struktur Tubuh Coelenterata dan Fungsinya
Seperti halnya pada Porifera, tubuh Coelenterata juga terdiri atas
lapisan ektoderm atau lapisan luar dan endoderm atau lapisan dalam.
Antara kedua lapisan tersebut terdapat rongga yang disebut sebagai
mesoglea. Untuk mempertahankan diri terhadap musuhnya, pada lengan
atau tentakel memiliki kemampuan untuk menghasilkan racun. Selain itu,
tentakel juga berfungsi untuk menangkap makanan.
3. Reproduksi Coelenterata
Coelenterata bereproduksi secara generatif (seksual) maupun vegetatif
(aseksual). Reproduksi generatif atau seksual terjadi dengan peleburan
antara sel kelamin jantan (sperma) dan sel telur (ovum). Reproduksi vegetatif
(aseksual) melalui pembentukan tunas. Apabila tunas pada tubuhnya lepas
maka akan tumbuh menjadi individu baru.
4. Klasifikasi Coelenterata
Secara garis besar Coelenterata dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Hydrozoa,
Scyphozoa, dan Anthozoa.
a. Hydrozoa
Hydra merupakan hewan yang memiliki habitat di perairan (laut dan
tawar). Hewan ini dilengkapi dengan tentakel atau lengan yang berguna
untuk bergerak dan juga sekaligus untuk menangkap mangsa. Pada
tentakel tersebut dilengkapi dengan nematosit, yaitu sel-sel yang dapat
menghasilkan racun untuk melumpuhkan mangsanya. Hydra berkembang
biak secara vegetatif dengan tunas dan generatif dengan peleburan spermadan ovum. Meskipun termasuk hewan monoesius (hermafrodit), hewan
ini tidak bisa melakukan pembuahan sendiri karena dewasanya sel telur
dan sperma yang dihasilkan tidak bersamaan, sehingga dalam fertilisasi
tetap memerlukan individu yang lain. Contohnya adalah Hydra.
b. Scyphozoa
Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan, sehingga
sering disebut ubur-ubur mangkuk. Contoh hewan kelas ini adalah Aurellia
aurita, berupa medusa berukuran garis tengah 7 – 10 mm, dengan
pinggiran berlekuk-lekuk 8 buah. Hewan ini banyak terdapat di sepanjang
pantai.
c. Anthozoa
Anthozoa merupakan Coelenterata yang memiliki bentuk tubuh
menyerupai bunga. Kelas ini merupakan pembentuk anemon laut atau
terumbu karang yang dapat menambah keindahan pemandangan di laut.
5. Peranan Coelenterata
Dalam kehidupan, peranan Coelenterata antara lain:
a. Dalam perairan berperan sebagai plankton.
b. Penyusun terumbu karang yang ada di lautan.
c. Sebagai hiasan.

Read More......

Porifera

Porifera atau biasa disebut sebagai hewan berpori berasal dari kata
pori yang berarti lubang kecil dan fero yang berarti membawa atau
mengandung.
1. Ciri-ciri Porifera
a. Merupakan hewan multiselluler (multi = banyak, selluler = sel).
b. Habitat di perairan terutama di air laut.
c. Tubuhnya tersusun atas jaringan diploblastik (terdiri atas 2 lapisan
jaringan).
1) Lapisan ektoderm yang terdiri atas selapis sel yang pipih yang
berfungsi sebagai kulit yang disebut pinakosit.
2) Lapisan endoderm yang terdiri atas sel leher atau koanosit.
d. Memiliki tubuh yang berbentuk seperti piala atau botol dan hidupnya
bersifat sessil atau menetap atau menempel pada substrat tertentu.
e. Reproduksi vegetatif dengan tunas atau kuncup, gemmule (kuncup
dalam), generatif dengan pembentukan sel gamet.
2. Struktur Tubuh Porifera dan Fungsinya
Pada tubuh Porifera terdapat
pori-pori sebagai jalan masuknya
air yang membawa makanan,
kemudian oleh flagela yang ada
pada koanosit, zat-zat makanan
tadi akan ditangkap dan akan
dicerna oleh koanosit atau sel leher.
Setelah makanan tercerna, oleh sel
amoebosit, maka sari-sari makanan
akan diedarkan ke seluruh tubuh.
Air yang sudah tidak mengandung
zat-zat yang sudah tidak
dibutuhkan oleh tubuh akan
dikeluarkan melalui oskulum.
Di antara lapisan ektoderm
dan endoderm terdapat rongga
yang disebut mesenkim atau mesoglea tempat dari sel amoeboid dan
skleroblast yang merupakan penyusun rangka atau spikula berada.
A. Porifera
Gambar 9.2 Struktur anatomi tubuh Porifera
Sumber: en.wikipedia.org, 2006
Air keluar
Air
masuk
(a)
Flagelum Mikrofil
Spikula
Amoebosit
Pori (ostium)
Matriks spongin
Pinakosit
(b)
(c)
Nukleus
128 Panduan Pembelajaran BIOLOGI X SMA/MA
Porifera tidak mempunyai sel saraf. Sel-sel pada Porifera sensitif
terhadap rangsang antara lain choanocyt dan myocyt, karena itu gerakan
dari flagellum pada choanocyt tergantung pada keadaan lingkungan.
Kemampuan myocyt terhadap stimulus adalah gerakan mengkerut/
mengendurnya sel tubuh sehingga porocyt ataupun osculum bisa menutup
dan membuka. (Sri Dwi Astuti, 2000:45)
3. Reproduksi Porifera
Porifera bereproduksi melalui dua cara, yaitu secara generatif ataupun
secara vegetatif. Reproduksi generatif, yaitu dengan sel-sel kelamin yang
dihasilkan oleh sel amoeboid. Porifera termasuk hewan monoesius atau
hermafrodit karena dalam satu tubuh bisa menghasilkan dua sel kelamin
sekaligus.
Reproduksi vegetatif dengan pembentukan tunas ataupun kuncup.
Ketika kuncup atau tunas-tunas tersebut lepas akan tumbuh menjadi
individu baru. Apabila Porifera berada dalam lingkungan yang kering,
maka akan membentuk gemmule atau kuncup dalam yang nantinya juga
bisa tumbuh menjadi individu baru.
4. Klasifikasi Porifera
Berdasarkan bahan penyusun rangka tubuh, Porifera diklasifikasikan
menjadi:
a. Calcarea
Merupakan kelas Porifera yang rangka tubuhnya terdiri dari spikula
yang spongin (dari senyawa protein) tersusun atas zat kapur, contohnya
adalah Grantia dan Scypa.
b. Hexactinellida
Merupakan Porifera yang rangka tubuhnya terdiri dari spikula,
contohnya adalah Eupectella.
c. Demospongia
Merupakan Porifera yang spikulanya berasal dari campuran zat kapur
atau silikat, contohnya adalah Euspongia , Spongilla.
Animalia 129
Oskulum
Pori (ostium)
Spongocel
(atrium)
Koanosit
bersilia
Mesoglea
Oskulum
Pori (ostium)
Koanosit
bersilia
Spongocel (atrium)
Ascon Sycon
Koanosit bersilia
Rongga bersilia
Saluran masuk (ostium)
Rhagon
Oskulum
5. Tipe-tipe Saluran Air pada Porifera
Berdasarkan jalan masuknya air ke dalam tubuh, Porifera dibedakan
menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Asconoid
Tipe asconoid adalah tipe yang paling sederhana pada Porifera. Air
akan masuk ke ostium, lalu menuju ke atrium atau rongga tubuh dan
akan keluar lewat oskulum.
b. Syconoid
Dibandingkan dengan tipe asconoid, jenis ini lebih rumit. Air yang
masuk melalui pori-pori atau ostium akan menuju saluran radial, lalu ke
atrium atau rongga dan keluar melalui oskulum.
c. Leuconoid atau Rhagon
Merupakan tipe yang paling kompleks pada Porifera. Air masuk
melalui pori-pori atau ostium, kemudian menuju saluran radial yang
bercabang-cabang, kemudian masuk ke bagian atrium dan akan keluar
melalui oskulum.

Read More......

Minggu, 24 April 2011

Penerimaan Siswa Baru





YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
AL-MUKHTARIYAH RAJAMANDALA







Menerima Siswa Baru
Lulusan SMP/MTs/Sederajat
Tahun Pelajaran 2010/2011


SMA Plus Berciri Khas Islam


          SMA Al-Mukhtariyah Rajamandala mulai berdiri pada tahun 2010 dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Mukhtariyah Rajamandala sebuah Yayasan yang sudah sangat berpengalaman dalam dunia Pendidikan khususnya Pendidikan yang berciri khas Islam mulai dari Tingkat TK/Ra, SD/MI, dan SMP/MTs dan sudah dipercaya oleh masyarakat. Sebagai salah satu bentuk apresiasi atas kepercayaan yang sudah diberikan masyarakat, maka mulai tahun pelajaran 2010/2011 kami membuka layanan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sekolah berkualitas dengan biaya pendidikan yang lebih terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah.

Tenaga Pengajar
Tenaga Pengajar kami sebagian besar merupakan Guru yang telah ahli dalam mengajar dan berjiwa muda yang suka akan tantangan dan terampil membimbing siswa berbasis IT (Informasi Teknologi).

Visi :
Sekolah  yang memiliki lulusan-lulusan  beriman, bertaqwa dan berahlak mulia serta memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang unggul

Fasilitas dan Ekstrakurikuler

ü  Lab Komputer
ü  Lab Internet
ü  Hot Spot Area
ü  Pembelajaran menggunakan Infocus
ü  Radio Siswa
ü  Olahraga
ü  Pendidikan Life Skill/keterampilan
ü  Beasiswa bagi yang berprestasi
Mata Pelajaran Tambahan

ü  Bimbingan Ibadah
ü  Bahasa Arab
ü  Tata Busana
Persyaratan

1.   Fotocopy Ijazah dan STK dilegalisir 4 lembar
2.   Photo ukuran 2x3 dan 3x4 @ 4 lembar
3.   Mengisi Formulir Pendaftaran






Kampus :
Jl. Stasion Rajamandala No. 01 Desa Mandalasari Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat
Telp. (022) 6903094
E-mail : sma_almukhtariyah@yahoo.

Waktu :
Pendaftaran dibuka mulai Bulan Mei  2011 setiap hari kerja mulai pukul 08.00 s/d 15.00.























































Read More......